Spirit Merawat Alam Ngeposari

Spirit Merawat Alam Ngeposari
Penulis: Siti Puji Asih


Resan.id--Minggu, 4 Februari 2024 Komunitas Resan Gunungkidul melakukan giat penanaman pohon konservasi di Belik Padukuhan Keblak dan DAS Kali Belik Padukuhan Gunungsari yang terletak di Kalurahan Ngeposari, Kapanewon Semanu. Kegiatan ini melibatkan pemerintah dan warga Padukuhan Keblak & Gunungsari, Karangtaruna Puspita Harapan, Karangtaruna Baramuda, Karangtaruna Putra Manunggal, Sanggar Ori Gunungkidul, Gunungkidul Menginspirasi serta para relawan yang berpartisipasi.

Terik matahari pagi membangunkan sekaligus membangkitkan semangat para aktivis untuk berkegiatan. Pukul 08.30 WIB warga, komunitas, muda-mudi, serta para relawan sudah berkumpul di area DAS Kali Belik yang telah disepakati sebagai titik kumpul. Ya, giat pertama dilakukan di daerah aliran sungai Padukuhan Gunungsari. Beberapa jenis pohon konservasi seperti beringin, gayam, kepuh, serta randu alas ditanam di area ini. Selain itu, kurang lebih 100-an bibit pohon sirsak juga ditanam di sepanjang aliran sungai.

Mata air di hulu Kali Belik masih menyembur deras, sehingga debit aliran sungai pun stabil hingga kini. Masyarakat Gunungsari menggunakan air sungai untuk mengairi sawah hingga memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mencuci. Saat kegiatan penanaman berlangsung, di sisi berlawanan terlihat dua nenek sedang mencuci. Mereka terlihat ceria dan asik mengobrol. Melihat hal itu pun pikiran saya terbang seketika membayangkan masa lalu mereka, mungkinkah sungai ini menyimpan banyak kenangan bagi mereka?

Mungkin saja jawabannya benar, sungai ini memberi sumber kehidupan serta kenangan bagi warga setempat. Antusias warga dan muda-mudi padukuhan ini pun memperlihatkan adanya hubungan erat antara mereka dengan Kali Belik.

Setelah penanaman di DAS Kali Belik selesai, kami berpindah tempat menuju Belik Padukuhan Keblak. Ketika menuju ke sana, kami mampir di sebuah makam Padukuhan Kendalsari. Terlihat resan beringin berdiri kokoh memberikan keteduhan serta kesejukan di persemayaman ini. Konon katanya, selain beringin juga terdapat pohon kendal yang berdiri kokoh meneduhi area makam. Tak heran, dulu padukuhan ini diberi nama Kendalsari sebelum berganti menjadi Padukuhan Keblak. Namun sayang, pohon ini telah tiada akibat kebakaran. Sebagai gantinya warga menanami pohon kepuh dan randu alas dengan harapan akan berdiri kokoh dan rimbunnya meneduhi area pemakaman.

Selanjutnya, kami menuju Belik Padukuhan Keblak. Kurang lebih 1 km setelah jalan masuk, terlihat belik berukuran sekitar 1x1 meter. Belik ini terlihat unik karena sekelilingnya telah dibangun pagar beton berbentuk segi empat dengan tinggi ±1 meter. Setiap sudutnya terdapat patung berbentuk kepala. Di sisi kanan kirinya terdapat pohon beringin blibis. Pada sisi kanan terdapat pula pohon asam jawa yang berdiri kokoh serta sebuah pohon yang belum diketahui namanya. Hampir semua orang menanyakan “pohon apakah itu?”. Masing-masing dari kami pun berusaha mencari tahu.

Selang beberapa menit datanglah Mbah Kismo Utomo, seseorang yang diyakini mengetahui lebih detail terkait Belik Padukuhan Keblak oleh warga setempat. Beliau menjelaskan bahwa belik ini adalah sumber air tertua di padukuhan tersebut. Dahulu, masyarakat sangat bergantung pada air dari sumber ini. Namun, Belik Keblak kini hanya mampu menyemburkan mata airnya ketika musim penghujan. Dan sayang, hingga saat ini Belik Keblak belum juga mengeluarkan airnya.

Meskipun demikian, warga tetap melestarikan sumber air ini karena mereka yakin bahwa Belik Keblak adalah warisan nenek moyang. Setiap satu kali dalam setahun diadakan tradisi untuk merawat dan membersihkan belik. Hal ini pun menunjukkan kuatnya hubungan warga setempat dengan alam dan tradisi.


Terlebih lagi karena Belik Padukuhan Keblak memiliki keunikan tersendiri. Selain terlihat seperti tempat sakral bagi orang awam yang baru pertama kali melihatnya, pohon misterius yang dibicarakan tadi rupanya adalah pohon kendal. Pohon yang terbilang langka kini statusnya mulai memasuki kategori terancam hampir punah. Keberadaan pohon kendal di Kalurahan Ngeposari ini erat kaitannya dengan Padukuhan Kendalsari. Ya, pohon kendal yang tadi dibincangkan pernah berdiri kokoh di pemakaman Kendalsari, menjadi ikon padukuhan ini.

Mengetahui keberadaan pohon kendal ini pun muda-mudi Kalurahan Ngeposari, khususnya Padukuhan Keblak, semakin kuat semangatnya untuk terus menjaga dan merawat kelestarian warisan nenek moyang. Tentu hal ini akan berbuah manis. Karena terjaganya sumber air lokal, harapan akan kembali berfungsinya Belik Padukuhan Keblak terus hidup di tengah spirit warga menjaga alamnya.


Siti Puji Asih, adalah mahasiswa semester akhir di Universitas Gajah Mada. Selain belajar antropologi, Ia juga menaruh minat yang besar terhadap isu-isu sosial, budaya dan lingkungan.

Lebih baru Lebih lama